Ketika Tulang Rusuk menjadi Tulang Punggung
Kepergian seorang Ayah menghadap yang Maha Kuasa tidak hanya menyisakan kesedihan karena hilangnya figur pemimpin namun pada keluarga tertentu juga hilangnya tulang punggung keluarga. Sosok ibu pun mengambil alih peran penting ini.
Pada perjalanannya ada keluarga yang berproses dengan mudah namun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit dari keterpurukan bahkan terjebak dalam kesedihan yang lebih dalam.
Kisah pilu ini tersirat jelas saat tim sahabat sedekah mengunjungi keluarga yatim dan dhuafa di RT 06, 07, 08, 09, 10 desa Pasir Jaya Cikupa.
Ibu Aen (42) misalnya semenjak suaminya meninggal harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anaknya dengan membuka warung kecil-kecillan.
"Sekarang warung gak buka lagi" ucap ibu Aen
Ibu Aen juga menceritakan jika dirinya pernah jatuh sakit yang membutuhkan biaya cukup besar dan tidak mampu menebus biaya untuk beli obat.
Informasi yang diterima tim sahabat sedekah, ibu Aen juga tidak mampu melunasi biaya pendidikan anaknya disalah satu yayasan pendidikan di Cikupa.
"Sampai sekarang ijazahnya belum bisa diambil karena uangnya habis dipakai buat biaya berobat" ucap Ibu Aen.
Kisah yang hampir sama juga dialami oleh ibu Hopiroh. Dengan sakit yang dideritanya warga RT 06 ini praktis tidak bisa berbuat banyak semenjak suaminya meninggal.
"Dulu saya sudah sempat sembuh, tapi setelah suami meninggal sakit lambung kronis saya kembali kambuh" ujar ibu Hopiroh
Lebih beruntung dibanding ibu Aen, untuk kebutuhan hidup dan pendidikan anaknya, ibu Hopiroh banyak mendapatkan bantuan dari keluarga besarnya.
Berbeda dengan ibu Hopiroh dan Ibu Aen yang sakit - sakitan, ibu Uul (42) tergolong sehat walafiat. Namun semenjak suaminya meninggal, ibu Uul justru bingung usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anaknya.
"Dulu sempat bekerja. Pengin usaha tapi masih bingung mau usaha apa. Paling nanti kerja di pabrik lagi. Alhamdulillah saat ini untuk kebutuhan sehari-hari banyak dibantu oleh keluarga besar" ujar ibu Uul.
Nasib baik dialami oleh Ibu Jenah (62) yang mendapat warisan kolam renang anak-anak untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Kolam renang ini ide bapak sebelum meninggal dunia. Persis sehari sebelum kolam renang ini digunakan bapak lebih dulu gak ada" kenang ibu Jenah.
Ibu Jenah menceritakan niat mendiang suaminya membuat kolam renang ini agar dirinya punya pendapatan setiap hari
"Alhamdulillah kalo lagi ramai bisa dapat Rp. 50.000 sampai Rp. 75.000 per hari" ujar ibu Jenah.
Menanggapi hal ini, ketua RW 04 pak Kusnan Jaya yang turut hadir membagikan sembako bersama tim sahabat sedekah menyampaikan perlunya upaya khusus untuk menangani persoalan kesehatan bagi warga tidak mampu terutama lansia.
"Ada ibu-ibu lansia yang memiliki KIS tetapi tidak pernah digunakan untuk berobat di Puskesmas hanya karena tidak ada yang mengantarnya berobat" ujar pak Kusnan Jaya
Selain bersilaturahmi, tim sahabat sedekah juga membagikan 30 paket sembako dan makanan ringan untuk keluarga sahabat sedekah di RT 06 sampai RT 10.
"Alhamdulillah kegiatan sahabat sedekah ini mendapat respon yang baik dari tokoh masyarakat di wilayah yang kita kunjungi" terang Pak Slamet selaku ketua Tim Sahabat Sedekah. ***
Post a Comment